Selamat Datang di Viva Persik
Info Seputar Kediri dan sekitarnya, Persik Kediri dan Persikmania

Manajemen Persik Kediri Berharap Sedekah Persikmania

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Persik Kediri tampaknya sudah kehabisan akal untuk mendapatkan dana segar dalam jumlah besar. Langkah terakhir untuk mempertahankan tim agar tetap eksis di kompetisi adalah meminta “sedekah” dari supporter Persikmania dan pihak yang peduli.

Mengumpulkan sumbangan dari suporter merupakan langkah paling masuk akal sejauh ini. Sebab berharap pada PT Gudang Garam dan Pemerintah Kota Kediri belum mendapatkan sebuah kepastian tersedianya dana yang nyata secara nominal.

Manajer Persik Anang Kurniawan mengakui peran suporter sangat vital dalam kondisi seperti ini. Manajemen menurutnya sudah tak kurang upaya untuk mendekati sumber dana potensial di Kota Kediri, namun hasilnya tak membuat Macan Putih lolos verifikasi finansial.

"Tampaknya itu solusi yang bisa direalisasikan. Manajemen bisa bekerjasama dengan pihak bank untuk membuat rekening khusus agar Persikmania dan pihak-pihak yang peduli Persik bisa menyumbang. Kalau Persikmania setuju, konsep itu akan dijalankan," sebut Anang Kurniawan.

Ditambah kesediaan PT Gudang Garam untuk memberikan bantuan, dia optimistis konsep itu bisa menghidupi tim ungu di Divisi Utama 2016 nanti. "Divisi Utama butuh sekitar Rp4-5 miliar, saya yakin bisa tertutup kalau supporter mendukung penuh," tambahnya.

Namun konsep “sedekah” Persikmania tersebut masih menyisakan keraguan bagi beberapa kalangan supporter. Terutama soal pengawasan aliran dana yang nantinya terkumpul. "Yang rawan masalah adalah penggunaan dana dan pertanggungjawabannya'" ucap Yusuf Edi, Persikmania Gringging.

"Persikmania sudah bayar tiket ketika menonton di Stadion Brawijaya, kemudian masih membayar patungan. Kasihan kalau kemudian pengelolaannya asal-asalan. Kalau memang sudah siap mengelola sistem tersebut secara profesional, sebenarnya bagus juga," tambah dia.

Jika hanya dipersiapkan secara instan, Yusuf khawatir risikonya justru lebih besar lagi karena menyangkut banyak orang. "Sekarang saja banyak yang gak percaya ke manajemen. Apakah ada jaminan dana yang terkumpul nantinya tak diselewengkan?" katanya berlogika.

(SindoNews.com)
Baca Selengkapnya ...

Persik Kediri dan Jebakan Sepak Bola

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya
Saya pernah bertanya ke Ahn Jung-hwan, saat itu salah seorang pemain dengan bayaran termahal di Asia, dengan gaji sebesar yang dia miliki, apa yang kira-kira bisa dia lakukan di Kediri, kota yang harga semangkuk sotonya hanya sekitar Rp 4 ribu dan kehidupan malamnya selesai setelah pukul 21.00 WIB ?

Ketika itu, 19 Mei 2004, Ahn bersama timnya klub Jepang Yokohama F. Marinos, tengah melawat ke Kediri untuk melakoni laga penyisihan grup Liga Champions Asia melawan Persik. Dan, saya bersama beberapa wartawan saja diberi waktu khusus mewawancarai pemain yang diusir dari klub Italia Perugia setelah mencetak gol kemenangan Korea Selatan atas Italia dibabak 16 besar Piala Dunia 2002 tersebut.

Ahn tak menjawab pertanyaan saya. Lebih tepatnya, barangkali, tak bisa menjawab. Dia hanya menggeleng sembari sedikit tersenyum. Wajar. Untuk seorang pemain yang ketika itu dibayar USD 500 ribu (sekitar Rp 4,2 miliar dengan kurs saat itu) per musim, Kediri ribuan tahun cahaya bedanya dengan Seoul, Yokohama, atau Perugia sekalipun.

Tapi, justru di situlah poinnya. Sepak bola bisa mendatangkan kebanggaan tak terkira untuk kota seperti Kediri. Sebuah kota yang tak punya bandara dan jarak dari ibu kota provinsi masih tiga jam perjalanan darat.

Sepak bola yang bisa membuat warga Kota Tahu itu, ketika menghadapi orang yang kesulitan membayangkan letak geografis Kediri, tinggal bilang, “Itu tuh kota yang dua kali menjuarai Liga Indonesia.”

Ya, dua kali. Lebih banyak dari Persija Jakarta atau PSM Makassar dan sejajar dengan Persib Bandung serta Persebaya Surabaya. Dan, kita tahu, mereka adalah klub-klub legendaris tanah air dan berbasis di kota-kota besar.

Saya menyebut itu kebanggaan tak terkira karena saya teringat sebuah adegan di film Cidade de Deus alias City of God saat Buscape, karakter utama di film tentang kehidupan di salah satu favela di Rio de Janeiro tersebut, mendapat tumpangan dari seorang pria asal Sao Paulo.

“Anda dari Sao Paulo?” tanya Buscape

“Ya,” jawab si pria yang memberi tumpangan.

“Anda pasti orang kaya,” ujar Buscape lagi.

Di Brasil, Anda tahu, Sao Paulo dikenal sebagai pusat perekonomian. Ada sinisme atau kecemburuan umum yang berkembang di Negeri Samba itu, seperti tersirat dari pertanyaan Buscape, yang menganggap siapa saja yang berasal dari metropolitan berpenduduk lebih dari 20 juta jiwa tersebut pastilah mapan secara finansial.

Dan, Brasileiro dari luar Sao Paulo hanya bisa melawan apa yang mereka persepsikan sebagai ketimpangan perekonomian itu melalui sepak bola. Maka, orang Rio, misalnya, begitu membanggakan Palmeiras yang merupakan klub paling populer di Brasil. Atau Maracana, stadion yang mendapat julukan kuil sepak bola, tempat dua final Piala Dunia digelar.

Sepak bola juga yang membuat warga Porto Alegre khususnya, dan Rio Grande do Sul, negara bagian paling selatan di Brasil, umumnya, bisa menepis stigma sebagai wilayah koboi dengan bakat membangkang. Dua klub jagoan mereka, Gremio dan Internacional, sama-sama pernah menjadi juara dunia. Dari sana pula, dari wilayah yang pernah memberontak dan memproklamirkan kemerdekaan itu, lahir Ronaldinho yang di masa jayanya seperti seorang penari balet di lapangan hijau.

Sepak bola bagi kota-kota seperti Kediri, Rio, atau Porto Alegre menjadi semacam identitas perlawanan. Atau kalau boleh mengutip James C. Scott, merupakan “senjata kaum lemah.” Sarana untuk mengentuti siapa saja yang berada di atas sana karena banyaknya uang di saku, baju tren terbaru yang dikenakan, atau mobil mengkilat yang dikendarai.

Tapi, di sisi lain, di situ pula jebakan sepak bola itu berada. Kebanggaan seperti yang melambungkan Kediri itu pada akhirnya juga membutakan. Lupa dengan keterbatasan kekuatan perekonomian dan daya dukung wilayah untuk menghidupi sebuah klub profesional di kompetisi level teratas.

Bagaimana mungkin mengharapkan Kediri yang hanya berada di urutan ke-12 dari 20 kota dan kabupaten di Jawa Timur dengan pendapatan per kapita tertinggi dalam data BPS 2013 bisa merawat sebuah klub yang kebutuhan tiap musim mencapai puluhan miliar dan terus meningkat dari waktu ke waktu ?

Dengan mengubah Persik menjadi sebuah PT dan mengoperasikannya murni sebagai entitas bisnis ? Anda pasti tahu betapa konyolnya harapan tersebut. Sudah dua dekade Liga Indonesia berjalan, klub-klub peserta hanya bisa hidup dari saweran donatur atau kebaikan hati para owner yang bergelimang duit.

Antusiasme penonton memang tinggi. Tapi, sulit berharap para sponsor bisa antusias menjalin kerja sama kalau tiap musim liga kita tak pernah lepas dari berbagai kebrengsekan. Plus absennya transparansi pengelolaan keuangan.

Karena itu, dicoretnya Persik Kediri dan Persiwa Wamena dari Indonesia Super League 2015, barangkali, adalah blessing in disguise. Sebuah kesempatan berefleksi bagi kedua tim itu, maupun klub-klub lain: benarkah mereka mampu menghidupi diri secara profesional ?

Toh kebanggaan bagi sebuah kota bisa datang dari mana saja. Salatiga, contohnya, tak punya klub profesional. Tapi, orang selamanya akan mengenang diklat di kota kecil nan dingin di Jawa Tengah itulah yang telah menelurkan Kurniawan Dwi Julianto, Gendut Doni, dan Bambang Pamungkas.

Langkah itu pula yang ditempuh Desportivo Brasil. Klub yang berdiri di Porto Feliz, sebuah kota kecil di Negara Bagian Sao Paulo itu, memilih berkonsentrasi pada pembinaan pemain muda, bukan prestasi di liga. Hasilnya, mereka sukses menggaet sejumlah klub besar Eropa untuk berkolaborasi sekaligus pasar buat mendistribusikan pesepak bola hasil didikan.

Untuk apa sebuah kota memaksakan diri mengelola sebuah klub sepak bola profesional kalau yang lebih banyak tersedia di wilayah mereka justru bakat-bakat di bulu tangkis, bola voli, basket, dayung, atau renang, misalnya? Menelurkan atlet yang bisa merebut medali di SEA Games—apalagi Asian Games dan Olimpiade—tak kalah membanggakan (atau malah mungkin jauh lebih membanggakan) ketimbang memiliki tim yang berlaga di ISL tapi di-uri-uri dengan cara yang tak rasional.

Jadi, pencoretan dari ISL bukanlah kiamat bagi Kediri. Justru kesempatan untuk menentukan sikap dan prioritas. Mengambil keputusan yang disesuaikan dengan kemampuan diri adalah sebuah pilihan bermartabat yang juga bisa membanggakan warga kota, meski mungkin sosok sekaliber Ahn Jung-hwan tak akan mampir lagi ke sana.

(Tatang Mahardika/JawaPos)
Baca Selengkapnya ...

Persik Pantang Menyerah Demi Eksistensi

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya
PT LI bergeming dengan keputusan tak loloskan Persik Kediri ke ISL 2015 karena problem finansial. Nasib serupa menimpa Persiwa Wamena. Pantang nyerah, Persik gugah publik dan pengusaha.

Tak ada kompromi bagi klub mana pun yang tak lolos verifikasi. Itu sikap PT Liga Indonesia (LI) demi tingkatkan mutu kompetisi sekaligus hindari bencana yang kerap guncang klub-klub di Tanah Air, terutama menyangkut finansial. Karena itu, PT LI tutup pintu Indonesia Super League (ISL) 2015 bagi Persik dan Persiwa.

PT LI bersikap tegas bukan karena diskriminasi. Ketegasan dipancang karena Persik dan Persiwa memang tak lolos versifikasi aspek finansial. PT LI putuskan ke-2 klub turun ke Divisi Utama (DU) 2015. Jika mereka pilih bubarka diri, PT LI pun tak campur tangan.

Menyusul keputusan tegas PT LI, manajemen Persik tak berdaya. Sempat ngotot tampil di ISL 2015 dengan cara gali dana dari para sponsor, PT LI bergeming. Skuad yang kadung dibentuk, bahkan baru saja juarai turnamen pramusim Piala Gubernur Jawa Timur (PGJ) 2015, akhirnya dibubarkan.

Meski begitu, bukan berarti Persik masuk liang kubur. Mereka malah tak ingin tenggelam kendati musim ini tak bisa ikut ISL. Mereka berusaha jaga eksistensi klub dan berjuang di DU 2015. Abdullah Abu Bakar, Walikota Kediri, pun minta para pengusaha di wilayahnya tergerak buat urunan hidupi tim Macan Putih.

Gayung mulai bersambut. Seruan Abu Bakar direspon positif para pecinta sepakbola Kediri. Mereka gelar pertemuan langsung dengan Abu Bakar. "Persik tak boleh lagi gunakan dana APBD. Jika memang semua sepakat, mari urunan dana demi selamatkan Persik. Kami juga gugah para pengusaha agar ikut dukung Persik," tukas Abu Bakar.

Buat realisasikan itu, Abu Bakar sarankan manajemen Persik buka rekening bank yang bisa diakses publik. Dengan begitu, dana urunan dari publik bisa langsung ditampung dalam 1 rekening. Tomi Ariwibowo, Ketua Pecinta Sepakbola Kediri, minta pimpinan daerah lebih dulu jadi teladan agar publik Kediri tergerak.

Sebelumnya, manajemen Persik sempat dapat lampu hijau dari produsen rokok PT Gudang Garam (GG) Tbk. Mereka bersedia atasi krisis dana Persik. Dalam pertemuan di Hotel Merdeka Kediri, Senin (19/1), Kepala Bidang Humas PT GG Tbk Kediri Iwhan Tri Cahyono menyatakan pihaknya siap berpartisipasi bagi Persik.

"Kami bahas 3 poin. PT GG punya tanggung jawab besar bagi negara dan bangsa terkait cukai, pajak, dan penyerapan lapangan kerja. PT GG juga punya tanggung jawab sosial yang disalurkan lewat program CSR (Corporate Social Responsibility). Saat ini, program CSR kami mengarah ke lingkungan hidup,รข€ ungkap Iwhan.

Khusus buat Persik, Iwhan tegaskan PT GG tetap siap berpartisipasi dalam batas yang wajar. Anang Kurniawan, tim manajer Persik, pun senang dan lega dengan komitmen PT GG. Berbekal komitmen itu, ia berjanji manajemen Persik bakal terus koordinasi dengan PT LI agar tim Macan Putih bisa tetap berkompetisi meski di level DU.

Data Persik
Nama: Persatuan Sepakbola Indonesia Kediri
Julukan: Macan Putih
Berdiri: 9 Mei 1950
Homebase: Stadion Brawijaya, Kediri
Kapasitas: 15.000 penonton
Ketua umum: Barnadi
Tim manajer: Anang Kurniawan
Jalur kompetisi: Degradasi dari Indonesia Super League (ISL) ke Divisi Utama (DU)
Posisi 2013: Urutan 3 DU (promosi ke ISL))

Prestasi
1999/2000: Juara Divisi II (promosi ke Divisi I)
2002: Juara Divisi I (promosi ke DU)
2003: Juara DU
2006: Juara DU
2013: Urutan 3 DU (promosi ke ISL)

Piala Gubernur Jawa Timur
Juara 2002, 2005, 2006, 2008, 2015
Baca Selengkapnya ...

Persik Kediri Gelap Mata Menggalang Dana

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Persik Kediri mulai 'gelap mata' dalam menggalang dana sponsor sebagai garansi tetap eksis di kompetisi profesional. Berbagai langkah pun ditempuh dengan melibatkan suporter Persikmania secara langsung, tentunya bertujuan memberikan pressure kepada sejumlah pihak.

Pekan lalu suporter berencana demontrasi meminta PT. Gudang Garam ikut andil dalam pendanaan Persik Kediri. Setelah produsen rokok tersebut bersedia membantu 'sewajarnya' tanpa ada kepastian nominal, sasaran selanjutnya adalah Pemerintah Kota Kediri.

Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar kini dalam tekanan walau sudah membuka audiensi dengan manajemen Persik dan Persikmania. Dalam pertemuan Rabu (21/1), walikota menyarankan supporter Persikmania patungan untuk membiayai tim di kompetisi.

Usulan wali kota tersebut tak membuat beberapa kalangan puas. Informasi yang beredar di Kediri, suporter kembali menyiapkan aksi yang ditujukan ke Pemerintah Kota Kediri. Tujuannya agar walikota lebih memberikan solusi nyata terkait krisis finansial Macan Putih.

"Ada suporter yang akan menggelar aksi, rencananya 26 Januari. Mereka ingin walikota membantu Persik secara nyata, tidak hanya sekadar mengusulkan agar Persikmania patungan. Tujuannya jelas ada dana segar dan Persik bisa ikut kompetisi," ujar sumber di Persik Kediri.

Wali kota Abdullah Abu Bakar berada dalam posisi sulit. Secara keuangan, sudah tidak mungkin membantu tim yang dua kali juara Liga Indonesia itu dengan uang pemerintah, setelah Anggaran Pendapatan dan Belanda Daerah (APBD) dilarang di klub profesional.

"Kami hanya bisa sebatas mewadahi atau menjembatani tim dalam memenuhi kebutuhan finansial. Untuk membantu secara langsung dengan dana segar juga tidak mungkin karena APBD dilarang. Pemerintah posisinya sangat terbatas dalam hal ini," Abdullah.

Pihak yang sangat potensial menjadi 'sasaran' Persik Kediri dalam mencari dana segar memang hanya PT. Gudang Garam dan Pemerintah Kota Kediri. Namun dua sumber dana yang pernah membesarkan Macan Putih itu kini nyaris tak bisa berbuat banyak.

(SindoNews.com)
Baca Selengkapnya ...

Gudang Garam Siap Urunan Buat Persik Kediri

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

PT Gudang Garam Tbk siap ikut patungan dalam batas wajar membantu membiayai Persik Kediri. Menurut warta Tribunnews.com pada Senin (19/1/2015), patungan atau urunan itu merupakan bentuk tanggung jawab sosial emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) itu sebagai warga Kediri.

"Kami siap berpartisipasi untuk urunan membiayai Persik dalam batas yang wajar," ungkap Iwhan Tricahyono, Kepala Bidang Humas Gudang Garam.

Dijelaskan Iwhan, urunan dalam batas wajar ini dilakukan mengingat pengeluaran pembiayaan dari emiten berkode GGRM harus dipertanggungjawabkan kepada para pemegang saham.

Sementara itu, Anang Kurniawan, mantan Manajer Persik usai mengikuti pertemuan berterima kasih karena Gudang Garam telah berkomitmen untuk membantu urunan guna membiayai Persik. "Pada prinsipnya PT Gudang Garam siap suport Persik pada 2016," jelasnya.

Dijelaskan Anang, bentuk kerja sama dan detail teknisnya akan dibicarakan menyusul. Sebelumnya, pihak manajemen Persik telah mengajukan penawaran dalam bentuk sponsor dan kerja sama.

Pihak manajemen Persik sendiri masih akan melakukan pertemuan lagi dengan pangurus untuk membicarakan hasil pertemuan dengan pihak Gudang Garam. "Nanti akan ada pertemuan lanjutan lagi dengan pihak PT Gudang Garam," tambahnya.

Anang sendiri masih berharap ada jalan bagi skuad Persik untuk mengikuti kompetisi Indonesia Super League (ISL). "Nanti kalau kemampuan finansial kami sudah cukup kami akan melaporkan ke PSSI. Diharapkan sebelum RUPS PSSI, terkait kebutuhan finansial ini sudah dapat teratasi," tandasnya.

Baca Selengkapnya ...

Ramadhan Saputra Tetap Akan Tagih Persik Kediri

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Stoper Ramadhan Saputra meninggalkan Persik Kediri dan memilih Martapura FC sebagai tempat berlabuh di kompetisi musim depan. Meski sudah merumput di Martapura FC, Ramadhan masih berusaha mendapatkan empat bulan gaji yang belum dibayar manajemen Persik Kediri.

"Saya sedang berusaha mendapatkan empat bulan gaji saya yang belum dibayarkan manajemen Persik. Mereka berjanji akan melunasinya, tetapi sampai sekarang belum ada kabar. Bahkan manajemen sulit ditelepon," ujar Ramadhan kepada Harian Super Ball.

Menurut Ramadhan, tidak hanya dirinya yang berusaha mendapatkan empat bulan gaji. Seluruh pemain lain di Persik juga belum menerima haknya sebagai pemain profesional. "Kalau pemain lama, tidak cuma empat bulan gaji, tetapi 25 persen kontrak juga belum dibayar manajemen. Kami akan mengadukan ini ke PT Liga Indonesia agar bisa segera diselesaikan," terang Ramadhan.

Kondisi keuangan yang buruk dari manajemen Persik itulah yang membuat Ramadhan enggan melanjutkan kontraknya di Persik. "Kalau masih di Persik, saya khawatir mereka kembali menunggak gaji pemain. Lebih baik saya pindah ke klub yang lebih baik. Tetapi saya dan teman-teman akan tetap berusaha mendapatkan sisa gaji yang menjadi hak saya," papar Ramadhan.

(TribunNews.com)
Baca Selengkapnya ...

Inilah Penyebab Utama Persik Kediri Bubar

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Manajemen Persik Kediri sadar diri sehingga memutuskan membubarkan tim dan tidak mengikuti kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2015. Dua faktor utama yaitu tunggakan gaji pemain dan ketiadaan sponsor yang masuk menjadi penyebab tim berjuluk Macan Putih itu gagal lolos verifikasi dan memilih undur diri dari ISL.

“Memang ada kendala yang mengakibatkan kita gagal lolos verifikasi dan tidak bisa berkiprah di ISL musim ini,” kata Ketua Umum Persik Kediri, Barnadi saat dikonfirmasi berada di Malang, Jawa Timur, Jumat (16/1/2015).

Untuk gaji pemain, manajemen Persik masih memiliki tunggakan hutang 4 bulan gaji pemain yang nilai seluruhnya mencapai sekitar Rp 2 miliar. Manajemen pun berjanji akan memberikan hak pemain itu jika telah ada uang yang masuk. Salah satu dana segar yang diharapkan masuk adalah sharing dana dari PT Liga Indonesia (PT LI) saat dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT LI pada 31 Januari mendatang.

Namun Barnadi mengaku tidak mengetahui pasti berapa besar dana yang didapat saat RUPS tersebut. Para pemain pun diminta bersabar jika gajinya dibayar secara bertahap, berdasarkan dana yang ada.

“Kalau dapat dari RUPS PT LI, pasti gaji pemain akan saya bayar. Apakah cukup atau tidak, pokoknya kalau ada uang masuk segera dibayar. Pemain harus bersabar kalau misalnya kami beri 50 persen dulu atau sebagian dulu,” papar Barnadi.

Selain masalah gaji, klub kebanggaan Persikmania itu juga kesulitan untuk menggaet sponsor. Manajemen memang sudah mengajukan proposal ke salah satu pabrik rokok besar yang berbasis di Kediri yakni Gudang Garam. Sayangnya sampai saat ini belum ada jawaban dari perusahaan rokok tersebut.

“Kota kecil seperti Kediri ini sulit untuk menarik minat sponsor, berbeda dengan kota besar seperti Surabaya, Malang, Bandung dan Jakarta. Gudang Garam pun sampai sekarang belum ada jawaban,” ujar Barnadi.

Menurutnya, untuk satu musim kompetisi penuh Persik Kediri butuh dana sedikitnya Rp 15 miliar. Itupun sudah terbilang sangat kecil dengan nilai kontrak pemain yang sederhana. Karena berbagai kesulitan itulah manajamen Persik menyadari jika diputuskan gagal lolos verifikasi PT LI.

“Ini akhirnya yang menjadi keputusan manajemen untuk membubarkan tim dan tidak ikut ISL 2015. Kami akan ikut kompetisi Divisi Utama entah musim ini atau vakum dulu hingga setahun kedepan,” pungkas Barnadi.

(Liputan6.com)
Baca Selengkapnya ...