Selamat Datang di Viva Persik
Info Seputar Kediri dan sekitarnya, Persik Kediri dan Persikmania

Akhirnya Kampus 3 UB Mulai Dibangun di Kediri

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Warga Kota Kediri, Jawa Timur menyambut antusias dimulainya pembangunan Kampus 3 Universitas Brawijaya (UB) di Kota Kediri. Lokasi kampus ini berada di Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.

Sambutan masyarakat terlihat dari hadirnya perwakilan masyarakat yang berjumlah ratusan. Para undangan ini memenuhi tenda tempat acara seremonial dimulainya pembangunan Kampus 3 UB Kota Kediri, Jumat (19/8/2016).

Sebelumnya warga Kelurahan Mrican malahan telah bergotong royong membersihkan jalan akses masuk ke lokasi kampus UB. Pembangunan kampus yang sempat tertunda 5 tahun ini disambut penuh suka cita.

Nur Imam (50) salah satu tokoh masyarakat mengaku sangat bersyukur pembangunan kampus 3 UB dapat direalisasi.

"Kami sudah berjuang sejak 2011 tapi realisasinya baru tahun ini," ungkapnya.

Keberadaan kampus 3 UB diharapkan bakal meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar kampus.

"Direalisasinya pembangunan kampus ini bakal terus dikenang anak cucu dan seluruh masyarakat di Kediri," ungkapnya.

Nur Imam mengharapkan proyek pembangunan kampus berjalan lancar dan tidak berhenti di tengah jalan.

"Ini cita-cita dan mimpi masyarakat yang dapat teralisasi," ungkapnya.

Kepala Dinas PU Kota Kediri Ir Kasenan menjelaskan, pemenang lelang proyek ini PT Duta Karya Perkasa dari Bali.

"Pada 29 Juli kami sudah tanda tangan kontrak dengan PT Duta Karya Perkasa dan hari pembangunan dimulai," jelasnya.

Bangunan kampus 3 UB Kota Kediri tahap pertama ini berupa bangunan bertingkat 3 dengan ukuran 54 x 30 m2. Lantai bawah dan atas untuk ruang fakultas, ruang perkuliahan, ruang TU, ruangan dosen dan mushola.

"Anggaran pembangunan kampus ini mencapai Rp 18 miliar lebih," jelasnya.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyebutkan, keberadaan kampus 3 UB semakin memudahkan masyarakat meneruskan kuliah.

"Untuk kuliah ke UB tidak harus ke Malang, tapi cukup di Kota Kediri," jelasnya.

Bagi Kota Kediri keberadaan kampus 3 UB akan mengangkat perekonomian masyarakat. Karena masyarakat dapat membuka tempat kos-kosan dan warung makanan serta jasa lainnya.

"Kami berharap masyarakat tidak menjual tanahnya," ujarnya.

Baca Selengkapnya ...

Mochamad Anton, Sosok ‘Ahok’ dari Kota Malang

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Nama Mochamad Anton mungkin belum familiar terdengar di telinga masyarakat umumnya. Namun tidak bagi masyarakat Malang, Jawa Timur. Sosok Anton, begitu ia disapa, nyatanya tidak bisa dilepaskan dari Kota Malang. Di tangannya, pembangunan Kota Malang berjalan cukup pesat.

Ya, saat ini Anton menjabat sebagai Walikota Malang setelah terpilih dalam Pilkada pada 2013 lalu. Karena ‘tangan dinginnya’ membangun Kota Malang, ia pun disebut sebagai sosok 'Ahok' Kota Malang. Bukan hanya karena gebrakannya dalam memimpin, melainkan berasal dari etnis yang sama dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Tionghoa.

Anton, begitu ia akrab disapa, yang beragama Islam dan sudah menyandang gelar Haji bukan berasal dari keluarga kaya. Sebelum terjun ke dunia politik, Anton pernah menjalani hidup sebagai pengusaha kecil-kecilan. Ia pernah menjadi pedagang kue, pedagang sembako, bahkan menjadi sopir. Semua dia lakukan demi memenuhi kebutuhan hidup.

Bangku kuliah Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan sempat dia rasakan di Surabaya. Tetapi, kuliahnya hanya sampai semester enam lantaran dia harus bekerja.

Hidup Anton mengalami perubahan saat bertemu dengan seseorang dari Jakarta pada 1998. Orang tersebut meminta Anton mencarikan tetes, limbah pengolahan tebu.

Kala itu, tetes tebu belum menjadi komoditas yang diminati banyak pengusaha lantaran dianggap sebagai kotoran. Anton pun menyanggupi permintaan tersebut.

Dengan semangat pantang menyerah, Anton berhasil mendapat pasokan tetes tebu dari Pabrik Gula Krebet Bululawang. Dia lantas mengirim tetes tebu tersebut dari Malang menuju Jakarta dengan harga Rp 150.000 per ton.

"Saat itu saya mampu mengirimkan 3.000 tok dengan omzet raturan juta," ungkap Anton, seperti dilansir merdeka.com.

Saat itu, Anton hanya menjadi perantara. Melihat potensi bisnis tetes tebu begitu menggiurkan, Anton memutuskan beralih dari perantara menjadi pemasok utama tetes tebu ke pabrik penyedap rasa.

Dia tidak lagi mengandalkan tetes tebu dari satu pabrik gula saja. Anton lantas mendatangkan tetes tebu dari sejumlah pabrik gula yang terletak di kawasan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat dengan jumlah pengiriman 300.000 ton per tahun.

Anton menyadari usahanya tidak akan bisa berjalan jika tidak ada petani tebu. Untuk itu, dia lalu menjalin sinergi dengan memberikan pembinaan terhadap 10.000 petani tebu yang tersebar di tiga provinsi tersebut.

Keberhasilan usaha itu membuat Anton berniat terjun dalam pertarungan perebutan kursi Malang 1. Meski banyak yang meragukan kemampuannya lantaran berlatar belakang pengusaha, Anton tetap optimis ingin membangun Malang menjadi kota yang lebih baik.

Anton kemudian terpilih menjadi Walikota bersama pasangannya, Sutiaji, mengalahkan pasangan Sri Rahayu-Priyatmoko Oetomo serta Heri Puji Utami-Sofyan Edi Jarwoko. Banyak yang terkejut dengan kemenangan Anton.

Terpilihnya Anton membuka lembaran baru sejarah birokrasi Kota Malang. Dia adalah satu-satunya Walikota Malang yang berasal dari etnis Tionghoa.
Baca Selengkapnya ...

Sadar Diri, Persik Kediri Bakal Berhemat

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Manajemen Persik Kediri bersikap realistis soal besaran nilai gaji para pemain yang akan dikontrak untuk tampil di Indonesia Soccer Championship (ISC) B bulan April 2016 mendatang. Karena keuangan Tim Macan Putih belum sehat pasca kasus tunggakan utang ke pelatih dan pemain pada Indonesia Super League (ISL) 2014 lalu, manajemen klub mengisyaratkan pemain tak akan diberi gaji besar.

"Kami belajar banyak dari pengalaman lalu. Selama ini manajemen selalu memberi nilai kontrak tinggi dengan gaji besar. Di ISC B nanti kita harus berhemat. Kami patok gaji tertinggi hanya Rp 7,5 juta per bulan untuk pemain kategori bintang atau senior," tutur Barnadi, Ketua Umum Persik pada Kamis (31/3/2016).

Apalagi, lanjut Barnadi, hingga saat ini Persik belum ounya modal awal untuk uang muka kontrak maupun kebutuhan operasional lainnya, seperti latihan dan konsumsi.

"Kami belum tahu sumber dananya. Apakah dari sponsor seperti CSR PT Gudang Garam atau talangan uang pribadi pengurus. Kami akan rapatkan soal keuangan itu. Yang jelas, kami harus punya modal untuk ikut ISC B nanti," kata
Barnadi.

Sejak 2003, Persik memang bak gulali bagi pemain. Ibarat pepatah ada gula ada semut. Pemain bintang pun berbondong-bondong ke Kediri karena iming-iming kontrak besar. Setelah dua kali juara Liga Indonesia 2003 dan 2006, sebenarnya keuangan Persik mulai kembang kempis.

"Namun tetap saja banyak pemain berminat ke Persik. Karena mereka tetap beranggapan ini klub besar dan kaya. Anggapan itulah yang kemudian jadi beban pengurus. Berikutnya, kami harus realistis kepada pemain," ucap Barnadi.

Dengan tawaran gaji minim, manajemen pun mulai berinisiatif memberdayakan pemain-pemain muda Kediri hasil kompetisi internal Asosiasi Kotamadya PSSI Kota Kediri maupun jebolan Tim Macan Putih junior di ISL U-21 musim 2014. "Kami harus berani pakai pemain muda. Toh ISC B nanti tak ada degradasi. Jika Persik bernasib apes jadi juru kunci grup pun, kami masih tetap eksis tidak degradasi," ujar Barnadi.
Baca Selengkapnya ...

Rencana Pembangunan Bandara Kediri Siap Diteruskan

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Keputusan Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk membangun dua bandara di Madura dan Malang tak membuat Pemerintah Kabupaten Kediri surut. Kabupaten Kediri akan tetap memperjuangkan pendirian bandara di Kediri sesuai studi kelayakan yang dikantongi, Selasa, 15 Maret 2016.

Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri Haris Setiawan mengatakan pemerintah Kediri akan tetap memperjuangkan pendirian bandara seperti yang telah direncanakan sejak tahun 2012 lalu. Pemerintah bahkan telah menyiapkan lahan khusus yang cukup besar di sebelah timur monumen Simpang Lima Gumul (SLG) yang didesain menjadi pusat aktivitas bisnis. “Kita akan tetap memperjuangkan bandara di Kediri,” kata Haris.

Haris mengatakan pendirian bandara di Malang dan Madura yang menjadiprogram Pemerintah Propinsi adalah wewenang GubernurSoekarwo sepenuhnya. Pemerintah tentu memiliki pertimbangan sendiri mengapa mendirikan bandara di wilayah itu.

Namun pendirian dua bandara tersebut tak akan menyurutkan niat Pemerintah Kabupaten Kediri untuk mendirikan bandara sendiri. Sebab hasil studi kelayakan yang dilakukan beberapa tahun lalu menunjukkan besarnya manfaat bandara di wilayah eks-karisidenan Kediri seperti yang disampaikan Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak.

Hasil kajian kelayakan Kediri menyebutkan jumlah calon penumpang pesawat udara di dari Kediri dan kota sekitarnya sangat besar. Selama ini mereka kerap mengeluhkan sulitnya akses udara yang harus menuju Surabaya terlebih dulu. Padahal intensitas perjalanan udara mereka cukup tinggi. Calon penumpang itu selain dari Kediri juga berasal dari Blitar, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, Jombang dan kota-kota lain yang kesulitan menjangkau bandara Juanda di Sidoarjo maupun Abdulrahman Saleh di Malang. “Tentu sekarang jumlah animo penumpangnya lebih besar,” kata Haris.

Tak hanya itu, aktivitas bisnis dan transportasi barang akan lebih cepat menjangkau wilayah karisidenan Kediri jika memiliki bandara sendiri. Karena itu jika mendapat izin dari pangkalan TNI AU di Magetan, Kabupaten Kediri siap membangun bandara kelas internasional dengan lintasan lebih panjang dari Juanda. Ini lantaran kawasan areal yang disiapkan lebih besar dari Juanda.

Seperti diberitakan Gubernur Jawa Timur Soekarwo memastikan akan menambah dua bandara di Kabupaten Malang danMadura. Setelah mengantongi kajian kelayakannya, Soekarwo menyatakan pemerintah pusat akan membantu pembiayaan pembangunannya. Menurut Soekarwo bandara Purboyo yang dibangun di lahan milik TNI AL di Kecamatan Bantur akan mengintegrasikan moda transportasi di jalur lintas selatan Jawa Timur yang diperkirakan selesai tahun 2019.

Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak juga mengungkapkan pendirian dua bandar udara di Malang dan Madura dinilai tak menyelesaikan persoalan transportasi udara wilayah barat daya Jawa Timur. Sebab jalur penerbangan pesawat dari Bandara Purboyo tersebut bukan melintasi wilayah selatan ke barat, namun belok ke timur terus naik ke utara sebelum kembali lewat jalur Surabaya – Jakarta. Rute tersebut menghindari wilayah udara eks-Karisidenan Kediri yang masih terisolir oleh jalur pesawat tempur. Sehingga keberadaan bandara itu tidak menyelesaikan persoalan transportasi udara di wilayah barat daya Jawa Timur.
Baca Selengkapnya ...

BI Proyeksi Inflasi Kota Kediri Bakal Melesat

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Bank Indonesia memproyeksi inflasi Kota Kediri tahun ini 3,8% plus minus 1, terakselerasi dari tahun lalu yang melaju 1,7%, karena permintaan kembali bergeliat setelah melemah. Inflasi 2015 merupakan yang terendah setidaknya dalam kurun 2009-2015.

Kepala Perwakilan BI Kediri Djoko Raharto menuturkan konsumsi di Kota Kediri sempat terpengaruh oleh ketidakpastian ekonomi di level nasional. Meskipun demikian, kata dia, inflasi di wilayah itu sebenarnya didominasi oleh pergerakan harga pangan bergejolak (volatile foods) ketimbang inflasi inti.

Adapun penurunan harga barang yang diatur pemerintah (administered price), seperti BBM dan tarif listrik, diperkirakan berlanjut hingga akhir tahun.

"Lagipula, moda transportasi di kota ini hanya kereta dan bus, jadi (inflasi) relatif terkendali," ujarnya, baru-baru ini.

Bank sentral mengestimasi El Nino bukan risiko yang besar bagi produksi pangan di Kediri dan sekitarnya.

(sumber: bisnis.com)
Baca Selengkapnya ...

Kapan Kota Kediri Lepas Ketergantungan Pada GG

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Perkembangan ekonomi Kota Kediri benar-benar sangat bergantung pada keberadaan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM). Sekitar 70% produk domestik regional bruto (PDRB) kota itu disumbang oleh aktivitas produsen rokok kretek terkemuka di Tanah Air itu.

Mengutip dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016, PDRB atas dasar harga konstan Kota Kediri pada 2011 tanpa Gudang Garam hanya Rp7,2 triliun; lalu Rp7,6 triliun pada 2012; Rp7,9 pada 2013 (angka sementara); Rp8,2 triliun-Rp8,3 triliun pada 2014 (angka sangat sementara); dan Rp8,5 triliun-Rp8,7 triliun pada 2015 (angka sangat sementara).

Sementara dengan perusahaan milik taipan Susilo Wonowidjojo itu, PDRB atas dasar harga konstan selama 2011-2015 berturut-turut senilai Rp23,7 triliun; Rp25,5 triliun; Rp27,1 triliun (angka sementara); Rp28,6 triliun-Rp29,2 triliun (angka sangat sementara); dan Rp30,1 triliun-Rp31,3 triliun (angka sangat sementara).

Adapun tahun ini, PDRB Kota Tahu tanpa Gudang Garam diproyeksi Rp8,7 triliun-Rp9,3 triliun, sedangkan dengan Gudang Garam, PDRB mencapai Rp31,6 triliun-Rp33,8 triliun.

Dalam dokumen itu, Pemkot mengakui dominasi industri pengolahan dalam struktur ekonomi Kota Kediri akan terus berlangsung dalam beberapa tahun mendatang sejalan dengan keberadaan pabrik rokok sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT) Gudang Garam.

Sementara itu, jika ditilik dari pertumbuhan ekonomi, laju ekonomi Kota Kediri makin melambat sejak 2012 hingga sekarang 2016. Perlambatan itu kian tajam jika aktivitas Gudang Garam dikeluarkan dari perhitungan.
Baca Selengkapnya ...

BI : Ingin Maju, Kediri Mesti Pacu Sektor Jasa

Kediri, Kediri, Kediri, Berita Seputar Kediri dan sekitarnya

Bank Indonesia memandang Kota Kediri lebih baik mengejar pertumbuhan sektor jasa ketimbang mengandalkan industrialisasi di sektor pengolahan.

Kepala Perwakilan BI Kediri Djoko Raharto berpendapat, dengan hanya mencakup tiga kecamatan seluas 14,9 km2, Kota Kediri akan sulit menampung kegiatan manufaktur baru kendati upah minimum kota itu relatif rendah di Jatim, yakni Rp1,5 juta per bulan tahun ini.

Di sisi lain, bergantung hanya kepada PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan dua pabrik gula di bawah PTPN X, yakni PG Meritjan dan PG Pesantren Baru, sulit membuat ekonomi Kota Tahu terakselerasi.

"Lebih baik kembangkan saja sektor jasa. Bisa pendidikan, kesehatan, perhotelan, perdagangan. Kalau industri, lahannya tidak ada," kata Djoko kepada Bisnis, Kamis (10/3/2016).

Menurutnya, pengalaman Kota Malang dan Purwokerto (Jawa Tengah) mengembangkan jasa pendidikan melalui pendirian perguruan tinggi membuat kedua kota lebih dinamis dan mempunyai prospek pertumbuhan positif. Kedua kota merasakan efek berganda (multiplier effect), mulai dari rumah kos dan tempat makan yang menjamur hingga kemunculan hotel-hotel baru.

Pada saat yang sama, tutur Djoko, Kota Kediri harus bersinergi dengan kabupaten/kota di sekitarnya yang memiliki keunggulan komparatif lain. Dalam kacamata bank sentral, Kota Kediri dan Kota Madiun baik untuk pengembangan jasa.

Sementara itu, Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Ngawi, cocok untuk industri pengolahan. Adapun Kabupaten Kediri, Kota dan Kabupaten Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, dan Ponorogo, baik untuk pertanian dan pariwisata.

"Orang boleh saja berwisata ke Blitar atau ke Trenggalek, tapi nginepnya harus di Kediri. Itu yang harus dipikirkan pemda," ujarnya.

Mengutip data Badan Pusat Statistik Kota Kediri, sumbangan terbesar produk domestik regional bruto 2014 (data terakhir BPS Kota Kediri) yang senilai Rp69,2 triliun berasal dari industri pengolahan, yakni mencapai 80,1%.

Sektor perdagangan besar dan eceran menyusul dengan kontribusi 10%, diikuti informasi dan komunikasi 2,4%, konstruksi 1,9%, dan penyediaan akomodasi dan makan minum 1,5%. Adapun 12 sektor lainnya masing-masing menyumbang kurang dari 1%.BPS pun mencatat selama 2010-2014, pertumbuhan ekonomi Kota Kediri cenderung melemah, khususnya pada lapangan usaha yang dikuasai sebagian besar masyarakat (PDRB tanpa industri tembakau), yakni dari 7,5% pada 2010 menjadi 4,7% pada 2014.

Adapun secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Kota Kediri terakselerasi dari 3,8% pada 2010 menjadi 5,8% pada 2014. Adapun Pemkot Kediri dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016 menyatakan sektor industri menjadi penyumbang PDRB terbesar karena keberadaan Gudang Garam, sekalipun sektor itu hanya menyerap 987 tenaga kerja pada 2013, berada di urutan keempat setelah sektor jasa, PHR, pengangkutan, dan pertanian.

Kendati demikian, Pemkot membantah Gudang Garam menjadi penentu pertumbuhan ekonomi Kota Kretek.

"Tingkat pertumbuhan perekonomian Kota Kediri dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan, baik itu dengan adanya PT Gudang Garam maupun tanpa adanya PT Gudang Garam," tulis Pemkot dalam Indikator Makro Pembangunan Daerah yang diunggah ke website resminya.

Pemkot menyebutkan pertumbuhan ekonomi dengan adanya Gudang Garam melaju dari 0,25% pada 2005 menjadi 7,1% pada 2010. Adapun tanpa Gudang Garam, ekonomi kota itu tumbuh dari 4,3% pada 2005 menjadi 7,2% lima tahun kemudian.
Baca Selengkapnya ...