Malang - Sempat dikabarkan akan memboikot Kongres Sepakbola Nasional (KSN), Ketua Pengprov PSSI Jatim Haruna Sumitro membatahnya.
Menurut Haruna, pihaknya sangat mendukung pelaksanaan KSN yang akan berlangsung di Malang 30 - 31 Maret mendatang. Bahkan ia mengajak semua pihak untuk hadir menyaksikan KSN yang rencananya akan dibuka langsung Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono.
‘’Bukannya saya ingin mengagalkan, itu tidak benar. Saya dan seluruh pencinta sepak bola nasional wajib mendukung penuh Kongres Sepakbola Nasional di Malang. Jika itu benar-benar murni ingin menciptakan grand design peningkatan prestasi sepakbola Indonesia,’’ katanya disela-sela membuka Muscablub PSSI Pengcab Kabupaten Malang, kemarin siang.
Bahkan sebagai ketua Pengprov, pihaknya berjanji akan menjadi tuan rumah yang baik karena pelaksanaanya di Malang. Ia berjanji tetap akan menghadiri kongres tersebut. ‘’Kalau kita pencinta sepak bola, kita harus datang dan memberikan kontribusi,’’ tambahnya.
Diakuinya, prestasi sepakbola di Indonesia sekarang ini memang benar-benar terpuruk. Haruna mencontohkan prestasi Timnas di SEA Games beberapa waktu lalu di Laos. Sepanjang sejarah, Indonesia selalu menang telak atas tim Laos. Namun kenyataanya di even tingkat Asia Tenggara itu justru kalah. Begitupula Timnas U-19 ketika digunduli Timnas Jepang 0-7 beberapa waktu lalu. Termasuk timnas senior yang menjadi juru kunci di babak penyisihan Pra Piala Asia.
Dalam hal ini Haruna juga mengelak jika membela Ketum PSSI Nurdin Halid dalam pelaksanaan konggres nanti. Apalagi sempat tersirat jika pelaksanaan konggres nanti juga akan melengserkan ketua umum PSSI.
Menurut Haruna, membangun sepakbola nasional menuju prestasi Asia apalagi dunia, tidak akan mungkin ditentukan seorang Nurdin Halid.
‘’Siapapun ketua umum PSSI-nya, tidak akan serta merta dalam waktu sampai dua tahun mendongkrak prestasi nasional ke level Asia. Saya berani mengatakan Dewa pun tidak akan bisa menciptakan tim nasional Indonesia yang sukses menembus semifinal Piala Asia 2015,’’ katanya.
Prestasi nasional dikatakan sekarang ini dihadapkan pada beberapa faktor krusial yang disadari atau tidak ‘menengelamkan’ prestasi nasional. Faktor itu diantaranya persoalan gizi atlet, infrastruktur yang jelek dan diklat banyak yang mati.
Masalah gizi menurut Haruna dapat dilihat dari pemain-pemain bola di Indonesia yang menjalani TC jangka panjang di Uruguay. Mayoritas mereka terserang lever, penyakit kuning karena tubuh kurang gizi. Berbeda dengan Negara-negara seperti Jepang, Korea dengan asupan gizi tinggi, bukan tubuh dan jasmaninya saja yang unggul. Tapi juga IQ-nya.
‘’Soal infrastruktur. Di Indonesia ini tidak ada lapangan sepak bola yang digunakan latihan sesuai dengan standart FIFA. Memang banyak stadion, tetapi untuk latihan pemain di bawah usia 19 tahun, lapangannya tidak memenuhi standart,’’ jelasnya.
Begitupula dengan diklat sepakbola di negeri ini banyak yang sudah mati. Haruna mencontohkan Diklat Salatiga. Setelah menhasilkan Bambang Pamungkas, diklat ini tidak lagi hidup.
Begitu pula Diklat Ragunan, Diklat Mandau, Diklat Medan yang tidak lagi mampu mencetak pemain-pemain berkualitas karena sudah tidak berkembang lagi.
Sebelumnya, Haruna bersama tim tujuh yang dibentuk, mengancam bakal membubarkan KSN. Alasannya, dia mendengar kabar kalau KSN dibuat untuk melengserkan Nurdin Halid. (jon)
Kediri
99out of 100 Review of : VivaPersik Jumlah Voting : 9999 Orang.
Kediri
Kuliner
Prediksi Bola
Jersey
Menurut Haruna, pihaknya sangat mendukung pelaksanaan KSN yang akan berlangsung di Malang 30 - 31 Maret mendatang. Bahkan ia mengajak semua pihak untuk hadir menyaksikan KSN yang rencananya akan dibuka langsung Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono.
‘’Bukannya saya ingin mengagalkan, itu tidak benar. Saya dan seluruh pencinta sepak bola nasional wajib mendukung penuh Kongres Sepakbola Nasional di Malang. Jika itu benar-benar murni ingin menciptakan grand design peningkatan prestasi sepakbola Indonesia,’’ katanya disela-sela membuka Muscablub PSSI Pengcab Kabupaten Malang, kemarin siang.
Bahkan sebagai ketua Pengprov, pihaknya berjanji akan menjadi tuan rumah yang baik karena pelaksanaanya di Malang. Ia berjanji tetap akan menghadiri kongres tersebut. ‘’Kalau kita pencinta sepak bola, kita harus datang dan memberikan kontribusi,’’ tambahnya.
Diakuinya, prestasi sepakbola di Indonesia sekarang ini memang benar-benar terpuruk. Haruna mencontohkan prestasi Timnas di SEA Games beberapa waktu lalu di Laos. Sepanjang sejarah, Indonesia selalu menang telak atas tim Laos. Namun kenyataanya di even tingkat Asia Tenggara itu justru kalah. Begitupula Timnas U-19 ketika digunduli Timnas Jepang 0-7 beberapa waktu lalu. Termasuk timnas senior yang menjadi juru kunci di babak penyisihan Pra Piala Asia.
Dalam hal ini Haruna juga mengelak jika membela Ketum PSSI Nurdin Halid dalam pelaksanaan konggres nanti. Apalagi sempat tersirat jika pelaksanaan konggres nanti juga akan melengserkan ketua umum PSSI.
Menurut Haruna, membangun sepakbola nasional menuju prestasi Asia apalagi dunia, tidak akan mungkin ditentukan seorang Nurdin Halid.
‘’Siapapun ketua umum PSSI-nya, tidak akan serta merta dalam waktu sampai dua tahun mendongkrak prestasi nasional ke level Asia. Saya berani mengatakan Dewa pun tidak akan bisa menciptakan tim nasional Indonesia yang sukses menembus semifinal Piala Asia 2015,’’ katanya.
Prestasi nasional dikatakan sekarang ini dihadapkan pada beberapa faktor krusial yang disadari atau tidak ‘menengelamkan’ prestasi nasional. Faktor itu diantaranya persoalan gizi atlet, infrastruktur yang jelek dan diklat banyak yang mati.
Masalah gizi menurut Haruna dapat dilihat dari pemain-pemain bola di Indonesia yang menjalani TC jangka panjang di Uruguay. Mayoritas mereka terserang lever, penyakit kuning karena tubuh kurang gizi. Berbeda dengan Negara-negara seperti Jepang, Korea dengan asupan gizi tinggi, bukan tubuh dan jasmaninya saja yang unggul. Tapi juga IQ-nya.
‘’Soal infrastruktur. Di Indonesia ini tidak ada lapangan sepak bola yang digunakan latihan sesuai dengan standart FIFA. Memang banyak stadion, tetapi untuk latihan pemain di bawah usia 19 tahun, lapangannya tidak memenuhi standart,’’ jelasnya.
Begitupula dengan diklat sepakbola di negeri ini banyak yang sudah mati. Haruna mencontohkan Diklat Salatiga. Setelah menhasilkan Bambang Pamungkas, diklat ini tidak lagi hidup.
Begitu pula Diklat Ragunan, Diklat Mandau, Diklat Medan yang tidak lagi mampu mencetak pemain-pemain berkualitas karena sudah tidak berkembang lagi.
Sebelumnya, Haruna bersama tim tujuh yang dibentuk, mengancam bakal membubarkan KSN. Alasannya, dia mendengar kabar kalau KSN dibuat untuk melengserkan Nurdin Halid. (jon)